BERANI TIDAK DISUKAI

 

             Halo semuanya! Wah.. akhirnya ya bestie, setelah sekian lama gue ngilang dari dunia blog ini, finally gue muncul lagi ke laman ini. Kemaren beberapa temen gue juga sampe nge-DM gue di Instagram, nanyain gue masih nulis blog atau nggak. Gue bilang, ya masih, cuman belum upload lagi aja. Alesannya ya, karena akhir-akhir ini gue sempet ngalamin beberapa struggle yang bikin gue selalu ke distract untuk nulis. Ya, struggle nya sih nggak jauh-jauh dari sekolah, pertemanan, dan diri gue sendiri yang akhir-akhir ini gampang banget ketiduran. Belum lagi tugas-tugas yang membantai gue siang dan malam. Jadi itulah se-fruit alasannya. Tapi tenang, hari ini gue comeback (anjay comeback) dengan tema yang baru.

            Tema yang gue angkat ini, sama seperti judul yang tertera diatas, yaitu berani tidak disukai. Kenapa gue mengangkat tema ini? Karena, menurut gue, tema ini penting untuk dibahas. Khususnya, buat kita, kalangan anak muda. Nggak bisa dipungkiri, kita ini hidup di bumi yang penuh realita. Dan di dunia ini, pasti bakal ada aja orang yang nggak suka sama kita. Yang entah bakal kita temuin di sekolah, di lingkungan tetangga, atau di dunia perkuliahan, dunia kerja, dan lain sebagainya. Dan yang pengen gue tegasin di blog kali ini adalah, gimana caranya supaya kalian nggak peduli sama yang nggak suka itu, tentunya dengan versi gue. Oke, mari kita mulai.

            Waktu itu, sekitar beberapa bulan yang lalu, gue sempet buka secreto, niatnya sih buat iseng-isengan aja gitu, dan gue ngeliat temen-temen gue pada ngupload link secreto di status whatsapp mereka. Dan pas gue baca-bacain, seru juga. Akhirnya gue tertarik, ikutan jugalah.

Nah, dari beberapa pesan rahasia yang masuk di secreto gue, ada satu yang paling narik perhatian gue. Ada yang nanya gini, “Kak, gimana caranya biar disukain semua orang?”

            Disitu gue agak mengernyitkan dahi, dan tiba-tiba langsung merenung, mikirin jawaban atas pertanyaan ini. Gue mikir, gimana caranya disukain banyak orang? Tiba-tiba, gue berpendapat, “Oh, kayaknya lu harus ramah deh. Yang banyak senyum kan biasanya banyak yang seneng,” tapi, setelah sepersekian detik, gue menyanggah opini gue sendiri. “Eh, tapi nanti terlalu ramah dikira caper..”

            Gue berpikir lagi, masih berusaha menemukan jawaban. “Ah! Lu harus jadi manusia yang rajin nolong orang lain,” namun, lagi-lagi, otak gue kembali menyanggah. “But, nanti dikira bego dan ada maunya.. Bisa aja di cap cari sensasi atau sok pahlawan,”

            Dan terakhir, muncullah di benak gue, “Mungkin lu harus jadi cewek cool, biar disegani dan orang-orang pada tertarik. Eh tapi jangan deng. Ntar teh jadi cool kagak, di cap judes iya,”

            Akhirnya, kesimpulan yang gue dapet dari hasil perdebatan kepala gue adalah : Nggak ada. Nggak ada caranya cuy. Dan dipikir-pikir, nggak bisa. Kita nggak bisa bikin semua orang suka sama kita. Mau sesempurna apapun orangnya, kalau diliat dari POV orang yang nggak suka dia, tetep aja ada celahnya.

            Setelah itu, gue akhirnya iseng-iseng buka TikTok. Pas gue lagi sibuk scroll, ada video dakwah yang sangat menampar gue. Kurang lebih, isi videonya kayak gini:

“Wajar jika diri kita ini ada yang nggak suka. Nabi Muhammad saja, manusia yang paling mulia dan sempurna di dunia ini, banyak dibenci. Beliau dicaci, dimaki, dilempari kotoran, bahkan sampai mau dibunuh. Itu Rasulullah, lho. Manusia paling sempurna.”

            BOOM! Menusuk to the bone say. Gue yakin, kalian bisa nangkep poin yang gue sampein diatas. Yah, apa yang dibilang video itu 100% relate lah buat gue. Tapi, tentunya nggak gampang buat nerapin prinsip itu. Gue juga ngalamin sendiri soalnya.

            Oke, sekarang gue mau cerita soal kejadian yang gue alami, salah satu hal yang bikin gue ngangkat tema ini. Akhir-akhir ini, gue nemuin beberapa orang yang nggak suka sama gue. Jujur, gue aja langsung down. Gue sibuk nyari-nyari kesalahan gue dimana, gimana caranya supaya mereka suka sama gue, gimana caranya supaya mereka mau nerima gue, dan sebagainya. Gue juga sempet, nangis-nangis dan overthinking seharian. Dan sebenernya, yang memperparah situasi itu pikiran gue sendiri. Padahal, yang nggak suka sama gue itu cuman beberapa, tapi pikiran gue mengatakan seolah-olah yang nggak suka sama gue tuh seluruh manusia.

            Gue sempet nggak terima, sebenernya. Kayak, “Ih, kok mereka nggak suka sama gue sih, padahal kan gue udah bla bla bla..” dan sebagainya. Tapi, lagi-lagi gue berusaha untuk nerapin prinsip, sebaik apapun gue, yang nggak suka mah pasti ada. Dan itu nggak apa-apa. Itu hak mereka, dan itu bukan salah gue. Awalnya emang nggak gampang, kadang gue juga takut banget ngelakuin hal yang salah, merasa sering diawasi sama orang-orang yang nggak suka, dan sering banget cemas, “Duh, kalau gue ngelakuin ini, nanti gue diomongin nggak ya?” Tapi, lama-lama, gue bisa berdamai dengan itu semua. Gue mikir, gue juga bakal baik-baik aja meski mereka nggak suka gue. So, nerapin mindset baru emang susah, tapi bukan berarti nggak bisa ygy.

            Satu hal baru yang disini gue pelajarin adalah, kita nggak bisa mengubah cara pandang orang lain pada kita. Itu bukan kuasa kita. Contoh, misal dikelas gue ada anak ambis yang kerjaannya belajar terus. Pasti, bakal ada dua sudut pandang yang diterima oleh orang itu. Yang pertama, yang nggak suka, “Ih nggak asik ah dia mah kerjaannya belajar mulu,”

Dan ada juga yang suportif, “Wah, keren banget dia kuat belajar selama itu. Pengen deh kayak dia,” See? Beda orang, pasti beda pemikiran. Atau, gue punya satu analogi lagi. Jujur, gue nggak suka bau durian. Karena, baunya nyengat banget buat gue. Tapi, hampir semua temen-temen gue tergila-gila sama buah itu. Gue nggak suka durian, apa itu salah duriannya?

            Well, gue harap kalian bisa ngerti maksudnya. Okay, back to the story, jujur, sekarang ini, gue udah nggak terlalu peduli sama orang-orang yang nggak suka sama gue. Capek juga cuy mikirin yang kayak gitu. Temen gue bilang, mending gue fokus sama diri gue sendiri aja.

Nah, jadi disini, yang pengen gue sampein buat kalian adalah, fokus aja sama hal-hal yang bisa kalian kendaliin. Jangan fokus ke hal-hal diluar kontrol kalian. Yang bisa kita kendaliin, contohnya, my thougths and actions, what I give my energy into, how I speak myself, and my boundaries. Dan yang nggak bisa kita kendaliin, yaitu the action of others, how others take care of themselves, what happens around me, what other people think of me, the opinion of others. 

        Yap, gue rasa segini dulu blog dari gue. Terimakasih banyak buat kalian yang udah baca, maaf karena gue sekarang jarang aktif nulis di blog, but kedepannya gue usahain supaya lebih konsisten lagi. Gue harap, kita bisa jadi versi terbaik diri kita sendiri, dan berhenti peduliin hal-hal diluar kendali kita. Kalau kalian ada yang mau didiskusiin sama gue tentang tema ini ataupun hal yang lain, boleh chat gue atau tinggalin komentar dibawah ya! ^^

            Thank you, stay healthy dan semangat PAS nya! See you on the next blog!

           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WHY I MADE A CONTENT?

2022 Recap

STEREOTYPE