NGOMONGIN SOSIAL MEDIA

Zaman sekarang, siapa sih yang nggak punya sosmed? Gue tebak, pasti rata-rata manusia di era sekarang punya setidaknya satu sosial media di HP mereka. Terutama gen Z, anak-anak muda. Dan nggak cuman anak seumuran gue yang punya, kakek-kakek, emak emak, dan bapack bapack zaman sekarang aja pada punya facebook, yang kadang gue suka nggak paham sama postingan dan cara typing mereka, apalagi kalau disingkat-singkat, spasi nya suka nggak jelas, tanda titik yang nggak seharusnya, dan lain-lain. Kadang harus gue translate dulu, baru bisa paham beberapa saat kemudian. Y g y?


Di blog kali ini, kayaknya gue lebih ke mau ngomongin opini dan keluh kesah gue soal sosial media aja kali ya. Nggak ada teori, rumus, atau apapun itu. Pengen nulis aja tentang ini. Disclaimer dulu, mungkin tulisan gue kali ini bakal sedikit capruk. Karena nggak ada riset, susunan kerangka atau apapun. Semua ini gue tulis secara spontan.

Sebenernya ada background khususnya sih kenapa gue pengen ngomongin ini, alasan utamanya adalah, akhir-akhir ini sebenernya gue lagi rada muak sama sosial media. Nggak ada apa-apa sih, cuman jenuh aja. Pernah nggak sih lo kayak gitu? Kek pengen ngilang dari sosmed aja. Tapi emang kadang buat gue, kalau nggak buka sosmed sehari tuh serasa aneh. Serasa udah ketinggalan banget info-info dunia. But tenang, gue udah nemu solusinya di akhir kok. Makanya baca sampe abis ya, xixixi.


Oke, pertama-tama ayo kita bahas soal sosial media-nya dulu.


Kalian sadar nggak sih? Ternyata sengaruh itu sosial media bagi kehidupan kita. Dari mulai memengaruhi cara berpikir kita, mood kita, bahkan pandangan kita terhadap orang lain. Kita ambil contoh. Lewat sosial media, kita bisa menjudge atau menilai seseorang berdasarkan postingannya, padahal kita belum pernah bertemu atau berinteraksi, tapi kita udah bisa menilai orang tersebut. Contohnya, “Wih, dia ukhty banget. Liat deh postingannya dakwah semua,” atau, “Si A pasti anak ambis. Isi feed IG nya rumus melulu,” 

“Ini anak pasti sad girl akut. Liat, story-nya quotes galau melulu,”


Sosial media pun merupakan sumber informasi yang paling vital saat ini. Melalui sosial media ini, kita jadi bisa tau berbagai informasi dari belahan dunia manapun. Atau, kita bisa tau trend-trend apa aja sih yang lagi hangat atau lagi viral. Misal, sekarang tuh lagi trend fenomena ‘si paling,’atau ‘healing-healing.’ Dan lucunya, kadang kita tuh suka ngikutin trend yang padahal nggak kita sukai. Kita ngikutin itu ya cuman gara-gara ngikut trend aja. Biar keliatan update. Kayak kemaren, gue nyamperin temen gue yang semalemnya update SW galau. Foto layarnya item semua, pake caption galau, terus pake backsound lagu Bertahan Terluka. Nggak cuman itu, dia sampe hapus profil WA dan bio-nya pun ikut ngilang. Gue tanya lah besoknya sama dia, “Lu kenapa posting itu? Terus kok foto profil lu ngilang?”

Dan dia jawab, “Pengen aja. Biar keliatan galau kayak orang-orang. Galau kan sekarang lagi trend,” jawabnya yang bikin gue tepok jidat.


Fakta berikutnya, sosial media merupakan wadah tentang diri kita. Karena di sosmed, disimpen tuh, akun profil kita kayak gimana, postingan apa aja yang kita suka, kita search apa aja, kita follow siapa aja, dan lain sebagainya. Sosial media juga nyimpen banyak informasi tentang kita, diliat dari postingan yang kita unggah. Makanya kadang gue suka bilang, sosmed tuh tempatnya aib. Terutama facebook, dimana kita ngalamin masa-masa alay. Sebelum filter Instagram menyerang, dulu gue suka foto pake B612, atau nggak Camera 360. Terus.. ah yaudahlah, nggak usah dibahas.

Bahkan sekarang, kayaknya lagi musim tuh confess lewat sebuah akun menfess ataupun secreto. Entah menyatakan cinta terpendam, atau mengutarakan julidan yang tak tersampaikan.


Dan yang paling utama, sosial media itu bisa dibilang sumber penyakit menurut gue. Ya, penyakit hati terutama. Seringkali kita iri sama pencapaian orang-orang yang kita lihat di sosial media. Orang-orang memang selalu berlomba-lomba untuk memperlihatkan kesuksesan mereka. Nggak heran kalau sosmed sekarang disebut ‘ajang pamer.’ Nggak cuman pencapaian, orang-orang seringkali posting setiap kegiatan yang mereka lakukan. Misal, lagi healing ke pantai, posting hasil boomerang-an di Instagram, posting OOTD ke sekolah, atau posting foto uwu sama ayang. Dan dari postingan-postingan itulah, biasanya suka jadi bahan overthinking dan insecure. Mulailah kita ngebanding-bandingin diri sendiri. “Ah, kapan ya gue bisa healing kayak dia, kapan ya gue bisa mulus kayak dia, kapan ya gue bisa sleepcall sama ayang..” dan lain sebagainya.

Selanjutnya, sosmed sering disebut sebagai ajang julid. Ya, tak jarang orang saling nyebar komen macem-macem, misal dari satu orang ke orang lain, tiba-tiba pasukannya ikut nimbrung, yang pada akhirnya mancing keributan, saling sindir di status.

Atau misal, kayak yang gue bilang tadi, misal ada satu anggota circle yang posting sesuatu, besoknya langsung jadi hot news di circle sebelah. Makanya kalau kata Raditya Dika, rata-rata orang tuh punya 2 akun sosmed. Satunya buat pencitraan, satunya buat stalker dan kepoin orang. Atau nggak ya.. buat julid.

Orang-orang zaman sekarang berlomba-lomba followers dan jumlah like. Kalau postingannya like nya dikit, biasanya sih suka dihapus. Kadang emang dua hal itu yang dilihat pertama kali dari akun sosial media seseorang. Gue pun kalau liat akun, pasti langsung komen, “Njir followersnya 1000 lebih,” atau, “Wih like nya banyak banget,” 

Wajar aja sih menurut gue, karena kalau followers dan like lu banyak, orang-orang mikirnya lu itu terkenal, lu itu banyak yang suka. Tapi yang nggak wajar.. ya kalau sampe beli followers. Intinya kalau sampe ngeluarin duit deh, sayang aja sih duitnya.


Sekian curahan gue tentang sosial media. Kita pindah haluan dikit ke pengalaman pribadi gue. Jadi kemarin, gue sempet cerita, atau deeptalk gitu deh sama temen gue, kayak gimana sih healing versi lo. Disitu temen gue jawab, “Healing versi gue tuh nggak buka sosmed.” Disitu gue bingung dong. Karena gue kira, temen gue bakal jawab, healing versi dia tuh jalan-jalan, nonton bioskop, atau nongkrong diatas motor di jembatan. Temen gue jawab, “Iya, cobain deh. Itu healing paling murah menurut gue. Gue kadang capek aja sama sosial media, Ra. Banyak penyakit. Jadi, pas gue nyoba sehari nggak buka sosmed, gue ngerasa… terlepas, bebas, dan ngerasa fresh aja.” 


Hari itu gue masih bingung. Tapi, sekarang gue udah paham betul apa maksudnya. Sehari setelahnya itu gue coba nggak buka sosmed seharian, seperti apa yang dia lakuin. Gue awalnya bingung mau ngapain, gabut. Apalagi itu hari Minggu dan gue nggak kemana-mana. Tapi, dari situ gue jadi sadar, bahwa masih banyak hal-hal lain yang bisa gue lakuin. Baca buku, explore banyak hal, main sama adek, nyelesein tugas gue yang numpuk, atau ngobrol-ngobrol sama orangtua. Dan pas nggak buka sosmed itu, gue ngerasa lebih enjoy setiap moment di hari itu. Gue pun jadi bisa ngasih waktu, bagi hati dan pikiran gue untuk ‘istirahat’ dari segala hal yang bikin gue overthinking di sosial media.

Ah, bener ternyata kata temen gue, kalau healing itu nggak harus jalan-jalan. Gini juga bisa dibilang healing


Oke, sekarang kita udah sampe di kesimpulan. Inti yang pengen gue sampein adalah, sosial media memang merupakan sesuatu yang penting dan sangat besar di era sekarang. Jadi, di closing kali ini, gue pengen ngasih reminder aja buat kita semua, termasuk buat gue. Kali aja bisa berfaedah. Yang pertama, hati-hati di sosial media. Jangan suka sembarang posting. Jejak digital itu nggak akan bisa hilang. Bahkan nyokap gue selalu berpesan, kalau mau post sesuatu itu dipikir-pikir dulu. Is it good, or bad? Dan yang paling penting, harus tetep jaga privasi, dan harus ada batasan dalam main sosmed.


Yang kedua, gue sekali lagi harus mengingatkan, nggak semua yang kalian liat di sosial media itu bener. Jangan cepet ngambil kesimpulan atas apa yang kalian liat di sosmed. Terutama dalam menilai orang lain. Bisa aja, di sosmed nya gini, aslinya beda lagi. 

And then, nggak ada yang sempurna di dunia ini. Orang-orang hebat yang kalian liat di sosmed, mereka juga sama. Mereka juga berproses panjang, mereka juga pernah gagal. Cuman ya nggak ditunjukkin sama mereka. Jadi yang kita liat cuman keberhasilannya aja. Jangan langsung merasa minder, rendah diri, atau ngerasa gagal. Mereka juga sama kok. Kita harus take some action aja.


Dan yang terakhir, ini penting juga. Menurut gue, nggak ada salahnya untuk kita ambil jeda dari sosial media. Atau hiatus lah bahasa kerennya. Istirahat dulu dari sosmed. Kalau misalnya emang suka ada notifikasi yang penting, ya nggak usah lama-lama. Misal kalian khususin waktu 2 jam. Nah di dua jam itu kalian jangan buka sosmed sama sekali, fokus lakuin hal-hal lain. Gitu aja. Jadi jangan 24/7 sosmed terus. 


Don’t let social media be your whole world. Remember, not everything you see on social media is true. So, be a wise user.


Sekian dulu blog dari gue kali ini. Semoga bisa bermanfaat, and see you on my next blog!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WHY I MADE A CONTENT?

2022 Recap

STEREOTYPE