CIRCLE
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah 'circle.' Circle ini bisa kita temuin di mana aja. Di dunia kerja, di lingkungan ibu-ibu, dan terutama di lingkungan sekolah. Gue pribadi pun sudah mengenal bermacam-macam circle. Memang setiap circle memiliki ciri khas nya masing-masing. Ada circle ambis, circle gaul, circle 'nakal,' circle alim, atau circle yang biasa-biasa saja. Di blog gue kali ini, gue bakal ngasih pandangan gue tentang topik ini. So, ayo kita mulai.
Dari gue SD dulu, sebenernya gue udah nggak asing sama yang namanya circle. Tapi, kalau zaman dulu, circle ini lebih sering dikenal dengan sebutan 'geng.' Dan seperti yang gue singgung diatas, circle ini punya ciri khasnya masing-masing. Ada circle yang semua 'anggotanya' anak ambis yang rajin belajar, ada circle yang di cap 'trouble maker' dan langganan dipanggil guru, ada juga circle alim, atau biasa disebut circle-nya 'ukhty-ukhty.' Sebenernya tentu aja circle ini bikin suasana kelas serasa punya kelompoknya masing-masing. Dan tak jarang juga, hal ini membuat kita tertutup antara satu grup dengan grup yang lain. Dan seakan nggak memberi ruang buat orang lain untuk ikut gabung bersama mereka.
Gue pribadi juga beberapa kali tergolong ke dalam circle. Dari mulai gue SD, SMP, atau SMA. Dan fenomena yang sering terjadi adalah, kadang satu circle tuh suka julid ke circle-circle lain. Apalagi kalau misalnya anggota circle A punya masalah sama anggota circle B. Yaudah, u can guess what will happen. Hal lain yang sering dipermasalahkan adalah, fenomena bikin circle di dalam circle. Ibaratnya lu gabung sama satu circle yang anggotanya 4 orang, nah 2 orang dari anggotanya tuh kayak akrab dan asik sendiri, atau bahkan banyak nyimpen rahasia sendiri.
Menurut gue pribadi, of course nggak salah punya circle. Emang kadang kita tuh nyambungnya cuman sama beberapa orang doang. Entah itu nyambung obrolannya, kepribadiannya, atau kesukaannya. Dan nggak bisa dipungkiri bahwa kita emang nyamannya sama yang satu frekuensi. Gue juga waktu itu pernah main bareng sama yang bukan 'circle gue.' And jujur, gue planga plongo, alias nggak nyambung dan nggak ngerti sama apa yang mereka omongin. Itulah sebabnya, ya menurut gue punya circle sah-sah aja. Apalagi kalau circle nya positif dan ngasih dampak baik.
Circle ini juga sangat berpengaruh menurut gue pribadi. Kita bisa kebawa dampak positifnya, atau dampak negatifnya. Malah image seseorang tuh bisa berubah karena circle. Kita ambil contoh, anak trouble maker yang ngegabung sama circle anak alim, pasti orang ngiranya dia juga alim. Atau kita ngegabung sama circle famous, ya biasanya kita juga bakal kebawa famous.
Nah, tapi, gimana kalau misalnya kita nggak pernah tergabung dalam suatu circle? Well, it's not a problem actually. Kalau emang nyamannya sendiri, why not? Pasti sih, bakal di cap sama orang nggak punya temen dan sebagainya. Tapi, inget, kalau misal nggak nyaman bercircle gitu ya jangan dipaksa. Apalagi, kalau kalian rasa circle yang ada tuh 'bukan gue banget.' Biasanya, tipe tipe orang yang nggak terpatok ke satu circle ini, karakternya lebih easy going alias nyambung kemana aja.
Satu hal yang menurut gue penting adalah, meskipun kita punya circle, kita tetep nggak boleh membatasi pertemanan. Karena ya, mau nggak mau kita harus terima, bahwa relasi itu penting. Cari temen sebanyak-banyaknya, tapi kalau sahabat buat cerita, atau buat sharing hal pribadi, of course, kita harus pintar memilih.
So, intinya, meskipun kita punya circle, bukan berarti kita harus selalu 'bareng' atau 'temenan' sama yang itu-itu aja. You guys can be friends with everyone. But, you also have to setting your own boundaries.
Segini dulu blog dari gue. Terima kasih buat temen-temen yang udah baca. Semoga bermanfaat dan selamat berpuasa! See you on my next blog!
Komentar
Posting Komentar