BEAUTY STANDARD

 "Cantik itu putih.."

"Cantik itu langsing.."

"Cantik itu rambutnya lurus.."

"Cantik itu mulus.."

Kalian semua pasti sering nemuin beauty standard kayak gitu dimana-mana. Beauty standard atau standar kecantikan ini, bikin gue muak sebenernya. Karena, beauty standard ini terkesan terlalu mengkotak-kotakkan perempuan, dan terlalu mengatur, bagaimana sih fisik yang cantik itu? Serta memberi stigma, bahwa kalau cewek nggak masuk ke standar itu, berarti dia nggak cantik.

Beberapa waktu lalu, gue sempet nemu video nya Kak Gita di Instagram, yang mungkin kalian juga udah pernah liat, disitu Kak Gita menjawab pertanyaan, kenapa sih perempuan mentingin fisik banget? Disitu Kak Gita menjawab, "Ya gimana enggak.. dari kecil, yang dibahas dari diri perempuan tuh ya cuman fisik," disitu gue merasa sangat relate. Karena ya, emang bener. Dari kecil perempuan tuh selalu dikomentarin fisiknya. Entah itu oleh keluarganya, tetangganya, atau oleh teman-teman dari orangtuanya. Kayak, "Ih, adek putih banget kulitnya, cantik deh," atau, "Kulitnya bersih banget, pasti gedenya makin cantik," dan lain sebagainya.

Permasalahan fisik ini, emang selalu pertama kali dibahas atau di notice sama semua orang. Karena ya, fisik ini emang yang pertama kali dilihat sama kita, dan biasanya, kalau orang mau muji, pasti yang pertama kali dipuji ya fisiknya dulu. Tapi, makin sini, gue liat beauty standard ini seakan makin konyol, dan makin memaksa perempuan buat nggak jadi dirinya sendiri.

Gue punya sedikit cerita. Jadi, gue ini lahir dengan skin tone yang bisa dibilang cukup cerah. Saat itu, orang-orang disekitar gue, emang ada beberapa yang punya warna kulit lebih gelap. Dan disitu gue mikir, kenapa sih orang-orang terobsesi banget buat punya kulit putih? Sampe harus pake pemutih, pake produk merk ini itu segala macem, demi mengubah warna kulitnya. Temen gue bahkan ada yang sampe harus minum obat pil setiap hari, demi memutihkan kulitnya yang agak hitam. Jujur, awalnya, gue ngerasa kalau mereka tuh nggak bersyukur sama fisik mereka. Tapi pas gue gede, akhirnya gue baru sadar dan mulai paham, bahwa beauty standard emang sekuat itu pengaruhnya.

Gue pun sempet kemakan beauty standard ini sebenernya. Ada stigma yang mengatakan bahwa, cantik itu harus mulus. Ya..karena masa remaja gue, gue jerawatan, gue langsung ngerasa jelek banget, serta tidak cukup perempuan, karena nggak sesuai sama standar cantik yang ada.

Punya wajah yang cantik, memang menguntungkan. Katanya, orang yang good-looking itu hidupnya lebih enak dan gampang. Akan dapet lebih banyak perhatian, dan dapet banyak privilege. Bahkan, seringkali, pendapat orang cantik itu lebih didenger daripada pendapat orang yang fisiknya biasa-biasa aja. Sedihnya, seseorang bisa disebut 'cantik' itu, fisiknya harus sesuai dengan standar yang ada. Kalau nggak sesuai standar, ya itu. Dianggapnya jelek. And kalau lu hidup dengan fisik yang nggak sesuai standar, katanya bakal banyak struggle yang lu dapet, salah satunya lu nggak bakal dihargain, terutama sama cowok-cowok.

Dan lucunya, kadang kalau mau disebut cantik, cewek tuh harus memenuhi semua standarnya.  Misalnya, ada cewek nih, dia udah putih, mulus, tapi dia gemuk. Langsung di cap less-beauty atau kurang cantik. Atau, ada cewek yang langsing, putih, tapi kulitnya nggak begitu mulus, gagal dah disebut cantik karena nggak memenuhi standar. Dari sini gue ngambil kesimpulan, jadi cewek susah ya.

Atau nih, waktu itu sempet viral di sosial media, katanya cowok tuh suka sama cewek yang natural. Tapi, natural yang dia maksud itu yang putih, mulus, bening, langsing, dan lain-lain. Hm, kadang jadi cewek emang serba salah.

Apa yang bisa kita lakuin soal ini? Of course, kita harus bisa ngelawan beauty standard ini. Kita bisa ubah dari mindset kita dulu, kalau misalnya kita juga kemakan sama standar ini, coba pelan-pelan dihilangkan, dan yakinin, bahwa semua perempuan itu cantik dengan caranya masing-masing. Cantik atau nggak nya lu, nggak ditentuin dari standar yang ada. Dan lagi, kita ini dilahirkan untuk menjadi nyata, bukan untuk jadi sempurna.

Nggak apa-apa punya dark skin, nggak apa-apa punya rambut keriting, nggak apa-apa kalau nggak langsing. As long as you're love yourself, you're beautiful.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WHY I MADE A CONTENT?

2022 Recap

STEREOTYPE