SOCIAL LOAFING

Pasti kalian pernah deh, punya temen yang kalau lagi kerja kelompok, cuma numpang nama doang. Setelah gue ulik-ulik lagi, fenomena ini ada namanya, yaitu Social Loafing atau kemalasan sosial. Nah, di postingan gue kali ini, bakal gue bahas secara detail.

Sebelum kita mulai, gue mau ngasih tau, kalau gue tuh nggak out dari dunia menulis. Kemarin gue emang sempet hiatus selama 2 bulan karena gue sakit parah, sehingga butuh pengobatan intensif. Tapi Alhamdulillah, sekarang gue udah sehat, dan bakal aktif lagi nge-blog. Apalagi, ini udah tahun baru 2022, dimana goals gue salah satunya adalah lebih banyak menulis. Oh iya, semoga tahun 2022 ini baik sama kita semua ya. Dan.. oke, mari kita mulai.

Sejak zaman SD dulu, pasti selalu aja ada temen gue, yang kalau kerja kelompok gitu, dia nggak mau kerja. Kayaknya, dengan dia ngeliat namanya ditulis di anggota kelompok aja udah cukup gitu, tanpa ada niatan membantu. Ya, tentu aja gue ngerasa rugi dong. Awalnya gue emang ngerasa oke-oke aja, karena gue bisa aja ngerjain sendiri. Tapi lama-lama, gedeg juga karena dia dapet nilai sama besarnya, modal numpang nama doang, kerja kagak. 

Tapi akhirnya, fenomena social loafing ini sempet terjadi ke diri gue sendiri. Kalau nggak salah, itu pas gue SMP. Gue lupa itu tugas kelompok apa, tapi yang pasti saat itu, gue sekelompok sama orang-orang pinter. Gue pun ngerasa tenang, karena udah sekelompok sama geng ambis, karena kebetulan gue juga deket banget sama mereka, jadi santuy lah, disitu gue mikirnya, "Ah, ini kan banyakan. Kalau salah, ya salah semua ini,"

Ada juga cerita lain, yang ini pas gue udah SMA. Kalau nggak salah, gue ngerjain tugas kelompok Fisika saat itu. Lagi-lagi, gue sekelompok sama yang pinter-pinter. Tapi, mereka serius dan gercep banget ngerjainnya, sedangkan gue sendiri masih lola sama tugasnya. Saat itulah gue merasa sangat tidak berguna dan jadi beban kelompok, gue pengen pulang aja saat itu gara-gara insecure.

Setelah gue baca-baca, ternyata ada beberapa alasan kenapa si social loafing ini bisa terjadi. Yang pertama, mengandalkan temen. Ini kayaknya alasan yang paling masuk akal, karena kalau kita sekelompok sama orang yang ranking 1 misal, pasti kita bakal tenang dan santai-santai aja, karena mikirnya dia udah sangat paham dan nggak bakal perlu bantuan. Makanya nih, kadang suka banyak yang protes kalau satu kelompok isinya yang pinter-pinter semua, karena ini dianggap kelompok "Superhero." Sedangkan kelompok yang isinya pada males disebut kelompok "Buangan."

Yang kedua, nggak sadar diri. Kalau ini menurut gue, karena dari dulu dia kalau di suatu tugas kelompok tuh nggak pernah kerja. Sehingga dia jadi keenakan dan keterusan. Terus aja numpang nama. Dari sini gue paham, kenapa kalau ada orang yang kayak gini harus ditegur, atau nggak, jangan tulis namanya sekalian. Karena ini bakal jadi kebiasaan buat dianya.

Dan yang terakhir, karena kurang motivasi. Ada orang yang kalau ngerjain tugas individu pasti niat banget, karena kalau tugasnya salah, ya dia doang yang bakal dimarahin. Tapi kalau tugas kelompok, kalau salah kan rame-rame dimarahinnya. Pemikiran santai inilah yang menyebabkan kurangnya motivasi di suatu tugas kelompok.

Dari sini gue menyadari, betapa pentingnya kita buat bersikap tegas. Entah itu untuk orang lain, atau untuk diri kita sendiri. Karena mungkin, tanpa kita sadar kita juga suka ngalamin social loafing ini. Lalu, disini gue juga sadar, kalau emang semuanya tuh ada baik buruknya. Sekelompok sama yang males, kita yang capek. Sekelompok sama yang pinter, ngerasa jadi beban. 

Tapi, mulai sekarang, gue harap fenomena social loafing ini semakin berkurang berkat kesadaran masing-masing. Dan semoga aja, kita memiliki keberanian buat negur orang yang nggak mau kerja.

Sekian blog dari gue, terimakasih banyak udah baca, dan semoga bermanfaat. See you on the next blog! Bye-bye and happy holiday!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

WHY I MADE A CONTENT?

2022 Recap

STEREOTYPE