LIFE IS A CHOICE

Dari dulu, gue selalu mendengar narasi yang mengatakan bahwa, “Hidup itu pilihan.” Entah itu gue denger di TV, entah itu gue liat di sosmed, atau gue denger dari orang lain. Karena waktu itu gue cuman denger selewat-selewat, gue belum terlalu paham, apa sih maksudnya?

    Dan tentu saja, a long the way gue bisa memahami dan merasakan maksud dari narasi “Hidup itu pilihan” tersebut. Karena, seperti yang kita tau, di kehidupan kita sehari-hari kita selalu dihadirkan dengan pilihan-pilihan yang mengharuskan kita untuk memilih. Dari hal yang sepele, contohnya, kita mau makan mie atau nasi, mau minum air dingin atau air tawar, mau baca buku novel atau baca komik, dan persoalan-persoalan kecil lainnya.

    Selain persoalan kecil diatas, ada juga hal “serius” yang harus kita pilih. Biasanya hal-hal serius ini adalah hal yang menyangkut masa depan kita. Kayak, kita mau masuk universitas mana, mau ambil jurusan apa pas kuliah nanti, lalu kita mau kerja apa, dan lain-lain.

     Dan seringkali, kita memerlukan waktu yang cukup lama untuk memilih hal yang serius tersebut, termasuk gue. Karena gue berpikir kalau yang gue pilih ini akan menentukan masa depan gue, makanya gue nggak boleh salah milih.

     Nah, salah satu sifat jelek gue dulu adalah, gue orang yang nggak berani ngambil keputusan. Karena… gue takut salah memilih, gue takut ambil resiko atas pilihan gue, gue takut gagal dan gue takut orang-orang mencibir gue atas pilihan gue yang ambil. Terlebih lagi adalah, gue takut kalau gue gagal menjalankan pilihan yang gue ambil, nanti gue disalahin lah, nanti gue dimarahin lah, or anything.

       Karena itulah, yang menyebabkan gue takut untuk memilih. Makanya, gue sering minta ke orang lain buat milihin, apa yang cocok atau pas buat gue. Mindset gue pada saat itu adalah, “Nggak apa-apa deh orang lain yang milihin, seenggaknya nanti gue nggak bakal disalahin kalau gue gagal.” Dan saat itulah, gue merasa, kok kalau gini terus, gue jatohnya kayak hidup buat orang lain ya? And.. gue kapan seriusnya kalau gini melulu?

       Akhirnya lama-lama gue mikir. Kalau gue nggak bisa gini terus. Karena, yang paling tau tentang gue ya diri gue sendiri, bukan orang lain. Dan pada akhirnya, gue sendirilah yang akan bertanggungjawab atas hidup gue.

       Itulah sebabnya gue harus belajar untuk berani mengambil keputusan. Dan tentu aja, gue nggak bisa asal milih. Gue harus selalu menganalisa dan mengobservasi pilihan yang ada, mempertimbangkan pro kontra-nya, gue harus tau resiko atas pilihan yang gue ambil, mencari referensi, and of course, gue juga mendengarkan saran dan masukan dari orang lain. Sampai akhirnya gue memutuskan, what will I choose.

       Dengan gue berani mengambil keputusan ini, gue jadi belajar untuk berpikir kritis atas pilihan apa yang akan gue ambil. Dan setelah berbagai proses berpikirnya, gue jadi merasa memiliki kepemilikan atas keputusan gue. Jadi gue melakukan sesuatu bener-bener atas keputusan gue, bukan orang lain. Dengan begini, tentunya gue akan lebih aware dan bertanggungjawab atas pilihan yang gue buat. Gue juga belajar untuk percaya diri dan berani untuk mengambil resiko.

       Gue pun akhirnya merasa lebih mandiri dalam merancang masa depan gue. Nah tapi, tentu aja, nggak ada yang namanya rencana sempurna. Apalagi di kehidupan sehari-hari, tentu aja kegagalan pasti ada. Termasuk di keputusan yang gue ambil. Tapi gue juga belajar untuk merubah mindset gue, kalau kegagalan, bukanlah suatu hal yang buruk. Justru kegagalan-kegagalan ini akan membawa banyak pelajaran baru buat gue. Mungkin kedepannya gue harus lebih hati-hati, kedepannya gue harus lebih banyak referensi, dan lain sebagainya. Intinya gue berusaha untuk meyakini diri gue sendiri, apapun hasil akhir dari keputusan gue, entah itu “berhasil” atau “gagal” akan selalu ada pelajaran yang bisa gue ambil.

 Segini dulu blog dari gue. Terimakasih buat temen-temen yang udah baca, semoga bisa bermanfaat. Adios!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WHY I MADE A CONTENT?

2022 Recap

STEREOTYPE