TOXIC RELATIONSHIP

 Dari gue kecil dulu, gue dikenal dengan orang yang "nggak enakan." Orang yang suka banget dimintain tolong, dan orang yang nggak bisa nolak kalau udah diminitain tolong. Mungkin bisa dibilang jawaban gue setiap ada orang yang minta tolong sama gue selalu sama, yaitu "Iya."

Alasannya cukup sederhana, gue nggak enak buat nolaknya. Dan sekalinya gue nolak, gue bakal ngerasa sebagai orang paling jahat di dunia. Pada akhirnya, apapun yang orang lain mintain tolong, gue bakal lakuin, sekalipun itu cukup memberatkan bagi gue. Alasan yang kedua adalah, yap, gue takut kesepian. Gue takut orang-orang nggak suka sama gue, yang mengakibatkan gue jadi nggak punya temen.

Disatu sisi, tentu aja gue ngerasa seneng dengan "hobi" gue yang nggak enakan ini. Gue seneng, karena gue bisa ngebantuin orang lain, gue seneng karena gue bisa bikin orang lain seneng, dan orang lain pun jadi suka sama gue, dan mereka pun seneng berteman sama gue. Oh iya, jadi waktu gue SD dulu, gue nggak punya temen. Temen-temen gue udah punya geng-nya masing-masing. Karena gue merasa kesepian, gue sebisa mungkin berusaha berbaur sama mereka, dan setiap kali mereka minta tolong, I'll do it for them untuk memancing rasa simpati mereka, cuman gara-gara gue pengen punya temen..

And finally, gue dapet yang gue mau. Gue punya banyak temen, tapi makin lama makin bikin gue ngebatin. Karena disisi lain, gue ngerasa mereka jadi manja dan ngelunjak. Ya, ngelunjak. Apa-apa mereka minta tolong sama gue, hanya karena gue ini nggak enakan. Rasa nggak enakan ini pun membawa diri gue ke posisi dimana gue dimanfaatin sama orang lain. 

Dan ironisnya, gue baru sadar sekarang-sekarang ini. Gue pengen punya temen, tapi buat apa kalau ujung-ujungnya mereka cuma manfaatin gue. Jelas ini ngebawa pengaruh negatif ke diri gue. Dan bukan cuma ke diri gue, tapi ke orang lain. Karena dengan gue begini, mereka jadi orang yang manja dan pemalas. Sehingga untuk hal yang sepele pun mereka minta tolong ke orang lain. Dan disinilah gue tau apa itu Toxic Relationship. Hubungan yang nggak sehat dan malah membawa pengaruh buruk.

Toxic relationship ini menurut gue nggak hanya berlaku untuk hubungan "cinta" cewek dan cowok. Tapi juga di circle pertemanan. Gue juga pernah, ya bisa dibilang "dimanfaatkan" oleh laki-laki yang gue suka, hanya karena gue tuh cinta sama dia. Gue yang terlalu nggak enakan, sampe bikin orang lain keenakan.

Beberapa bulan lalu gue nemu salah satu postingan di Instagram, yang katanya "Jangan minum racun hanya karena kamu kehausan." Oke, gue paham banget nih maksudnya gimana. Ini tuh diibaratkan jangan karena kita "ngebet" pengen punya pacar atau pengen punya temen, kita jadi ngorbanin diri kita sendiri, kita jadi ngasih dampak negatif ke diri kita sendiri. 

Kita sebagai makhluk sosial, memang diwajibkan untuk saling tolong-menolong. Bahkan agama juga mengharuskan manusia untuk menolong pada sesama. Tapi, bukan berarti kita harus selalu mendedikasikan diri kita untuk membantu orang lain. Malah kadang, kita harus membiarkan orang lain melakukannya sendiri dulu, supaya orang lain juga bisa mandiri. Hal ini lah  yang diajarkan oleh salah satu sahabat gue di SMA. 

Sebelum kita membantu orang lain, pastikan dulu, apakah sanggup membantunya, apakah hal yang diminta tolong ini "pantas" untuk kita tolong atau tidak, dan apa efeknya jika kita membantu orang tersebut.

I know, mungkin beberapa dari kalian ngerasa tulisan gue diatas itu kayak "Ribet banget jir, nolong ya nolong aja"  atau "Teori gampang, tapi ngepraktekin nya yang susah" Iya, gue tau dan gue ngerti. Karena kadang gue juga nggak selalu bisa buat nerapin itu di diri gue sendiri. Tapi, pelan-pelan gue mulai bisa buat ngelakuin itu, tentunya dengan bantuan dari support system gue.

Kembali ke soal si toxic relationship itu, emang kadang kita terjebak ke dalamnya atau kadang kita sendiri lah yang sengaja masuk ke lingkaran toxic itu. Dan dari pengalaman gue, emang awalnya kita nggak akan kerasa kalau kita telah masuk ke dalam circle itu. Tapi makin lama, efek dan pengaruhnya akan terasa dan kita bakalan ngebatin. Secara perlahan, toxic relationship ini akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental kita. 

Emang sulit bagi kita buat ngelepasin diri dari toxic relationship itu. Apalagi kalau yang relationship nya udah lama. Tapi, mau nggak mau, kita harus bisa keluar dari lingkaran itu, its for our best. Gue juga awalnya susah banget buat lepas dari relationship yang menurut gue toxic itu, banyak banget hal-hal yang bikin gue bimbang. Rasa gak enak gue, kekhawatiran gue tentang pendapat orang lain, dan disatu sisi gue yang nggak mau kalau gue nggak punya temen.

Tapi, pada akhirnya gue berhasil ninggalin orang-orang yang toxic di hidup gue. Dan gue nggak menyesal sama sekali. Gue ngerasa bebas, dan nggak punya beban, dan berhenti ngebatin. Disaat gue "ngelepas" orang-orang toxic bagi gue, gue sadar kalau ternyata masih banyak orang-orang baik yang ada di sekeliling gue. Selama ini gue terlalu fokus sama orang-orang toxic gue yang membuat gue nggak sadar. 

Kalau kalian merasa sedang berada toxic relationship ini, memang terkadang kita susah banget buat keluar. Terlebih kalau orang yang toxic itu adalah orang yang kita sayang. But, this is the best for you. Sendiri itu tidak terlalu buruk daripada harus mengorbankan diri dan kesehatan mental kita.

Oh iya, gue juga mau ingetin, kalau kita harus punya batasan terhadap orang lain. Kita harus bisa memilih dan memilah hal-hal apa yang harus kita tolong, dan mana yang jangan.

Segini aja blog gue kali ini. Semoga bermanfaat, and see you on my next blog! ^^

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

WHY I MADE A CONTENT?

2022 Recap

STEREOTYPE